Selasa, 13 Desember 2011

install tint2

Kangen dengan tampilan Gnome klasik yang pakai panel taskbar pada Ubuntu 11.04 ato 11.10?. Gunakan saja Tint2. Dijamin deh, panel taskbar kelihatan lagi. :-)
Mungkin agak basi sich, tapi, gak apa2 agak2 basi asal bermanfaat buat yang belum tahu.hehe *_pembelaan. Langsung aja deh, ni caranya, monggo disimak.

pertama, buka saja terminal (accesories > terminal) ato dg cara ctrl+Alt+T.
kemudian ketikkan perintah berikut

: $ sudo apt-get install Tint2

> tekan enter

masuk ke startup applications. (application > Themes &Tweaks)
Klik aja add > ketik Tint2 pada Name dan pada Command.





klik Add, terus Log Out. Lihat deh, setelah Log in lagi. udah ada panel taskbar.

Selasa, 25 Mei 2010

Sebuah Renungan Kematian

Ada salah seorang pengembara dan syetan. Cerita ini berawal dari perjalanan sang pengembara. Sang pengembara tersebut, melakukan perjalanan untuk menyusuri puluhan desa. Namun, hikmah dari ceriat ini bukanlah keberhasilan sang pengembara untuk melewati desa-desa trsebut dan tujuan dia untuk mengarungi desa-desa tersebut. Namun, yang menjadi hikmah dari cerita ini yaitu, keteguhan hati sang pengembara untuk berpegangteguh pada agama allah dan rasulnya. Keteguhan seorang hamba untuk selalu mengingat pada sang khalik.

Cerita ini dimulai dari perjalanan sang pengembara tersebut, dalam mengarungi desa-desa. Pada saat dia berjalan di desa pertama, saat dia melewati desa pertama, dia melihat ada sebuah rumah besar yang penuh dengan barang-barang mewah tanpa ada yang menghuninya. Kemudian, syetan dengan sekuat tenaga membujuk sipemgembara tersebut. “hai, lihatlah, ada rumah mewah, banyak barang-barang mewah, namun tak ada yang menghuninya, cepatlah......cepatlah kau ambil, dan kayalah kamu”. Begitulah bujuk syetan kepada sang pengembara. Dan pengembarqa tersebut menjawab, “rumahku sudah teramat dekat”. Pada desa pertama, syetan tak berhasil membujuk pengembara tersebut.

Kemudian, dia – pengembara – sampai pada desa kedua, dan dia melihat seorang pelacur yang terduduk, dengan merayu-rayu. Dengan kesempatan yang terbuka lebar, syetan berusaha membujuk pengembara tersebut. “Hampirilah, puaskan syahwatmu, tidak ada orang yang tahu”. Kemudian, sang pengembara berkata, “rumahku sudah teramat dekat”. Begitu sang pengembara menjawab bujukan dari syetan, sampai desa yang terakhir. Syetan dengan kebingungannya, bertanya kepada sang pengembara, “hai pengembara, kau tadi bilang, rumahmu teramat dekat, namun, sampai desa kesepuluh, kau belum sampai rumahmu, apa sebenarnya maksudmu dengan ‘rumahku teramat dekat’?”.

Sang pengembara menjawab. Sesungguhnya aku teramat dekat dengan rumahku kelak, rumah yang kekal, yakni KEMATIAN.

Dari ilustrasi cerita tersebut, maka kita dapat mengambil hikmahnya, yakni kematian teramat dekkat dengan kita, manusia. Kapan waktunya, kita tidak tahu, dan tidak ada yang tahu kecuali Dia, sang pemberi dan pencabut nyawa. Jadi, segala perbuatan yang kita lakukan, maka seharusnya lebih kita kontrol, dan kita fikirkan matang-matang. Apakah perbuatan kita merupakan perintah, atau malah larangan, yang bila kita laksanakan, maka hanya akan memberikan murka ALLAH pada kita selaku hambanya... wallahua`lam.

Sabtu, 24 April 2010

AIR MATA ROSULULLAH SAW.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum --peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Sabtu, 17 Oktober 2009

filosofi semut

Pertama, semut tidak pernah menyerah. Bila anda menghalang-halangi dan berusaha menghentikan

langkah mereka, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke

bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Jangan

sekali-kali menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuan anda.

Kedua, semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin. Ini adalah cara pandang yang

penting. Anda tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung

sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim

panas. Sebuah kisah kunomengajarkan, "Jangan mendirikan rumahmu di atas pasir di musim panas."

Mengapa kita membutuhkan nasehat tersebut? Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis. Di

musim panas anda harus memikirkan tentang halilintar. Anda seharusnya memikirkan badai sewaktu anda

menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah ke depan.

Ketiga, semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas. Ini juga penting. Selama musim

dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, "Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan

melalui masa sulit ini."Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan

bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas

tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.

Terakhir, ke empat, seberapa banyak semut akan mengumpulkan makanan mereka di musim panas untuk

persiapan musim dingin mereka? Semampu mereka! Filosofi yang luar biasa, filosofi "semampu mereka".

Wow, seminar yang luar biasa! - seminar para semut.

1. Jangan menyerah

2. Lihatlah ke depan

3. Bersikaplah positif

4. Lakukan sekuat tenaga anda.

MEMANG BEGITU DAHSYATNYA ALLAH MENCIPTAKAN APA-APA YANG ADA DI BUMI INI. SEMUANYA MEMILIKI KELEBIHAN TERSENDIRI.

So,.............KENAPA KITA HARUS MINDER `N GAK BERANI TATAP MASA DEPAN?????

AYO BANGUN, N KERJAKANLAH APA YANG LHO BISA...........

Pinkam adri perkataan AA GYM, bahwa kita garus 3M kalo mau sukses

  1. Mulai dari yang kecil
  2. Mulai dari diri sendiri, n
  3. Mulai SEKARANG JUGA.

Kamis, 03 September 2009

Surat Cinta

Rumpun Alang-alang

Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang

Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang

Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal

Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal

Gelap dan bergoyang ia

dan ia pun berbunga dosa

Engkau tetap yang punya

tapi alang-alang tumbuh di dada

Makna sebuah titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,

bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,

bahwa mobilku hanya titipan Nya,

bahwa rumahku hanya titipan Nya,

bahwa hartaku hanya titipan Nya,

bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?

Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah

kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,

kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,

aku ingin lebih banyak harta,

ingin lebih banyak mobil,

lebih banyak rumah,

lebih banyak popularitas,

dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :

aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan

Nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja

Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan

Amarah merajalela tanpa alamat

Kelakuan muncul dari sampah kehidupan

Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah

O, zaman edan!

O, malam kelam pikiran insan!

Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan

Kitab undang-undang tergeletak di selokan

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!

O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!

Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa

Allah selalu mengingatkan

bahwa hukum harus lebih tinggi

dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!

Berhentilah mencari Ratu Adil!

Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!

Apa yang harus kita tegakkan bersama

adalah Hukum Adil

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata:

Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat

apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa

apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan

maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa

lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya

Wahai, penguasa dunia yang fana!

Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!

Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?

Apakah masih akan menipu diri sendiri?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan

berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap

yang akan muncul dari sudut-sudut gelap

telah kamu bukakan!

Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi

Airmata mengalir dari sajakku ini.

======

Sajak ini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan

dibacakan Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998

SAJAK SEBATANG LISONG

menghisap sebatang lisong

melihat Indonesia Raya

mendengar 130 juta rakyat

dan di langit

dua tiga cukung mengangkang

berak di atas kepala mereka

matahari terbit

fajar tiba

dan aku melihat delapan juta kanak - kanak

tanpa pendidikan

aku bertanya

tetapi pertanyaan - pertanyaanku

membentur meja kekuasaan yang macet

dan papantulis - papantulis para pendidik

yang terlepas dari persoalan kehidupan

delapan juta kanak - kanak

menghadapi satu jalan panjang

tanpa pilihan

tanpa pepohonan

tanpa dangau persinggahan

tanpa ada bayangan ujungnya

????????..

menghisap udara

yang disemprot deodorant

aku melihat sarjana - sarjana menganggur

berpeluh di jalan raya

aku melihat wanita bunting

antri uang pensiunan

dan di langit

para teknokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas

bahwa bangsa mesti dibangun

mesti di up-grade

disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

gunung - gunung menjulang

langit pesta warna di dalam senjakala

dan aku melihat

protes - protes yang terpendam

terhimpit di bawah tilam

aku bertanya

tetapi pertanyaanku

membentur jidat penyair - penyair salon

yang bersajak tentang anggur dan rembulan

sementara ketidak adilan terjadi disampingnya

dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan

termangu - mangu di kaki dewi kesenian

bunga - bunga bangsa tahun depan

berkunang - kunang pandang matanya

di bawah iklan berlampu neon

berjuta - juta harapan ibu dan bapak

menjadi gemalau suara yang kacau

menjadi karang di bawah muka samodra

???????????

kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing

diktat - diktat hanya boleh memberi metode

tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan

kita mesti keluar ke jalan raya

keluar ke desa - desa

mencatat sendiri semua gejala

dan menghayati persoalan yang nyata

inilah sajakku

pamplet masa darurat

apakah artinya kesenian

bila terpisah dari derita lingkungan

apakah artinya berpikir

bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA( itb bandung - 19 agustus 1978 )

Perempuan yang Tergusur

Hujan lebat turun di hulu subuh

disertai angin gemuruh

yang menerbangkan mimpi

yang lalu tersangkut di ranting pohon

Aku terjaga dan termangu

menatap rak buku-buku

mendengar hujan menghajar dinding

rumah kayuku.

Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi

dan lalu terbayanglah wajahmu,

wahai perempupan yang tergusur!

Tanpa pilihan

ibumu mati ketika kamu bayi

dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu.

Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.

Umur enam belas kamu dibawa ke kota

oleh sopir taxi yang mengawinimu.

Karena suka berjudi

ia menambah penghasilan sebagai germo.

Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya.

Bila kamu ragu dan murung,

lalu kurang setoran kamu berikan,

ia memukul kamu babak belur.

Tapi kemudian ia mati ditembak tentara

ketika ikut demontrasi politik

sebagai demonstran bayaran.

Sebagai janda yang pelacur

kamu tinggal di gubuk tepi kali

dibatas kota

Gubernur dan para anggota DPRD

menggolongkanmu sebagai tikus got

yang mengganggu peradaban.

Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.

Jadi kamu digusur.

Didalam hujuan lebat pagi ini

apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan

sambhil memeluk kantong plastik

yang berisi sisa hartamu?

Ataukah berteduh di bawah jembatan?

Impian dan usaha

bagai tata rias yang luntur oleh hujan

mengotori wajahmu.

kamu tidak merdeka.

Kamu adalah korban tenung keadaan.

Keadilan terletak diseberang highway yang bebahaya

yang tak mungkin kamu seberangi.

Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu.

Tetapi aku memihak kepadamu.

Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin

di jidatmu?

O,cendawan peradaban!

O, teka-teki keadilan!

Waktu berjalan satu arah saja.

Tetapi ia bukan garis lurus.

Ia penuh kelokan yang mengejutkan,

gunung dan jurang yang mengecilkan hati,

Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya

puncak penderitaan yang menyakitkan hati,

atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,

selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,

ialah kedudukan kaum terhina.

Tapi aku kagum pada daya tahanmu,

pada caramu menikmati setiap kesempatan,

pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,

pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,

dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.

Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana

semak yang berduri bisa juga berbunga.

Menyaksikan kamu tertawa

karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,

diam-diam aku memuja kamu di hati ini.

MANDALAWANGI - PANGRANGO

SENJA ITU KETIKA MATAHARI TURUN KE DALAM JURANG-JURANGMU

AKU DATANG KEMBALI
KE DALAM RIBAANMU DALAM SEPIMU DAN DALAM DINGINMU
WALAUPUN SETIAP ORANG BERBICARA TENTANG MANFAAT DAN GUNA
AKU BICARA PADAMU TENTANG CINTA DAN KEINDAHAN
DAN AKU TERIMA KAU DALAM KEBERADAANMU
SEPERTI KAU TERIMA DAKU

AKU CINTA PADAMU PANGRANGO YANG DINGIN DAN SEPI
SUNGAIMU ADALAH NYANYIAN KEABADIAN TENTANG TIADA
HUTANMU ADALAH MISTERI SEGALA
CINTAMU DAN CINTAKU ADALAH KEBISUAN SEMESTA

MALAM ITU KETIKA DINGIN DAN KEBISUAN MENYELIMUTI MANDALAWANGI
KAU DATANG KEMBALI
DAN BERBICARA PADAKU TENTANG KEHAMPAAN SEMUA
HIDUP ADALAH SOAL KEBERANIAN MENGHADAPI YANG TANDA TANYA
TANPA KITA MENGERTI TANPA KITA BISA MENAWAR
TERIMALAH DAN HADAPILAH

DAN DIANTARA RANSEL-RANSEL KOSONG DAN API UNGGUN YANG MEMBARA
AKU TERIMA ITU SEMUA MELAMPAUI BATAS-BATAS HUTANMU MELAMPAUI BATAS-BATAS
JURANGMU
AKU CINTA PADAMU PANGRANGO
KARENA AKU CINTA PADA KEBERANIAN HIDUP

JAKARTA, 19 JULY 1966

SOE HOK GIE

MANDALAWANGI - PANGRANGO

THIS EVENING, WHENEVER SUN GOES INTO YOUR VALLEYS
I COME AGAIN
INTO YOUR ARMS, IN YOUR SILENTNESS AND COLDNESS
EVENTHOUGH ANYBODY SPEAKING ABOUT AIM AND PURPOSE
I TALK TO YOU ABOUT LOVE AND BEAUTIFULNESS
AND I ACCEPT YOU IN YOUR EXISTENCE
JUST LIKE YOU ACCEPT ME

I LOVE YOU, COLD AND SILENT PANGRANGO
YOUR RIVER IS AN ETERNAL SONG ABOUT EMPTINESS
YOUR FORESTS ARE ALL MYSTERIOUS
MY LOVE AND YOURS ARE ABOUT THE SILENTNESS OF THE UNIVERSE

THIS EVENING WHENEVER COLDNESS AND SILENTNESS SPREADING IN MANDALAWANGI
YOU COME AGAIN
AND TALK TO ME ABOUT ALL EMPTINESS
LIFE IS ABOUT HOW BRAVE YOU ARE IN FACING ALL QUESTIONS
WITHOUT AWAITING ANY MOMENT TO UNDERSTAND NOR TO BARGAIN
JUST ACCEPT AND FACE THEM

AND AMONGST THE EMPTY BACKPACKS AND THE FLAMES OF BONFIRE
I ACCEPT ALL OF THEM BEYOND THE BORDERS OF YOUR FORESTS AND YOUR VALLEYS
I LOVE YOU PANGRANGO
SINCE I LOVE THE BRAVERY IN THIS LIFE

JAKARTA, 19 JULY 1966

SOE HOK GIE

**Versi Bahasa Inggris

Minggu, 23 Agustus 2009

Sajak Malam Kemerdekaan

Esok adalah hari kebebasan

Esok adalah awal kumeniti jalan hidupku

Otakku tak mau berhenti memikirkannya

Otakku enggan untuk menunggunya

Ku letakkan pena dan kuraih Bendera

Bendera usang yang tak pernah terpasang

Bendera luntur dimakan umur

Namun, itu semua tak ada masalah

Kulihat semangat yang slalu membara

Kudengar teriakan yang penuh amarah

Langkah kaki gontai tak tentu arah

Pasangkan Bendera di puncak tiang tak bernyawa

Angina lembut mengelus merah putihku

Seolah hendak tidurkannya kembali

Tidur panjang tanpa penghujung

ad_din aufklarung

16 Agustus`09